Silsilah fatwa Aqidah 38
Asy-Syaikh Al-Walid al-Allaamah Robi’ bin Hadi bin Umair Al-Madkhaly hafizhahullah
| | |
Pertanyaan :
Firman Allah :
إنّه يراكم هو وقبيله من حيث لا ترونهم
“Sesungguhnya Syaiton dan bala tentaranya itu
bisa melihat kalian, dari tempat yang kalian tidak bisa melihat
mereka.” (QS. Al-A’raf 26), Apakah berarti manusia tidak bisa
melihat syaitan secara mutlak, atau apakah memungkinkan bagi sebagian
orang untuk bisa melihat syaitan pada sebagian keadaan?
Ya, ini terjadi. Yakni seperti dalam hadits,
kisah Abu Hurairah bersama syaitan dan Rasulullah melihat syaitan ketika
beliau shalat. Dan saya-demi Allah- pernah melihatnya sendiri, saya
pernah melihat syaitan-syaitan. Saya pernah melihat kuda yang tidak ada
bandingnya sepanjang hidup saya.
Saya melihatnya bersama saudaraku di malam
hari. Kami sedang safar, kami melihat kuda aneh ini, ajaib, ditempat
yang tidak ada padang rumput, tidak ada manusia seorangpun, saya
memahami kalau itu adalah syaitan dan saudaraku juga memahami kalau itu
syaitan. Dia tidak bermaksud menakut-nakuti saya, dan saya juga tidak
menakut-nakuti dia. Maka ketika kami menjauh darinya.
Saya tidak ingat, apakah dia yang bertanya padaku atau saya yang bertanya padanya : “Apakah kamu tahu kuda itu?” Saya mengira dia yang mengatakan : “Ini adalah syaitan.”
Dan saya melihat, ketika saya sedang
mengendarai mobil antara maghrib-isya, melihat seorang telanjang,
kepalanya tidak ada rambutnya, bukan karena dicukur, bentuknya aneh. Di
depannya ada dua anak kecil, keduanya memiliki kepala yang besar tidak
ada rambutnya, keduanya kurus, betis keduanya kecil sekali. Rupa
keduanya aneh sekali.
Maka saya pernah melihatnya dengan seorang
bersamaku, dan dia tahu kalau mereka adalah para syaitan, saya juga
demikian, maka ketika kami berjalan, saya berkata : “Apa ini?” Dia
menjawab : “Syaitan”, saya katakan : “Ya dia itu (syaitan).”
Maka, banyak manusia telah melihat syaitan dan kebanyakannya para syaitan itu tidak nampak.
Akan tetapi, di sana sekarang ini ada
orang-orang yang mengambil pemikiran Muhammad Abduh (murid Al-Afghani)
dalam pengingkaran terhadap sihir, sungguh menyedihkan, dan pengingkaran
melihat jin. Pemikiran ini asalnya adalah dari kaum Mu’tazilah pemuja
akal, yang mereka berhukum dengan akal-akal mereka dalam urusan agama
dan kehidupan. Sungguh menyedihkan.
Maka tidak mustahil kadang syaitan bisa dilihat. Dan saya tandaskan pada kalian, kalau saya melihat sendiri hal ini.
Maka tidak mustahil kadang syaitan bisa dilihat. Dan saya tandaskan pada kalian, kalau saya melihat sendiri hal ini.
Penanya berkata :
“Dan juga mereka mengingkari kalau syaitan itu bisa merasuki jasad manusia!”
Asy-Syaikh : “Ini sesuatu yang bisa dirasa, dan sudah diketahui banyak orang sejak zaman dulu hingga zaman sekarang.
Allah berfirman :
كمثل الذي يتخبطه الشيطان من المسّ
“Seperti orang yang kerasukan syaitan karena gila.” (QS. Al-Baqarah : 275)
Allah berfirman :
قل أعوذ بربّ الناس ,ملك الناس ,إله الناس ,من شرّ الوسواس الخنّاس الذي يوسوس في صدور الناس
“Katakanlah wahai Muhammad, Aku
berlindung kepada Rabb manusia, Raja Manusia, Sesembahan Manusia, dari
kejelekkan syaitan yang menyelinap, yang membisik-bisikan kedalam dada
manusia. (QS. An-Naas 1-5)
Apa yang menjadikannya membisik-bisik dalam
dadamu? Bukankah karena dia menguasai dirimu dan masuk ke dalam
jasadmu!? Sesungguhnya syaitan bisa masuk dalam jasad anak Adam seperti
mengalirnya darah. Maka mereka semua itu menolak ayat-ayat ini dan
hadits-hadits ini dan mereka berhukum dengan akal-akal mereka.
Setiap kaidah itu ada pengecualiannya, dan setiap yang umum pasti ada pengkhususnya. Allah berfirman :
تدمِّر كلّ شيء بإذن ربِّها
“Angin itu menghancurkan segala sesuatu dengan ijin Rabbnya.” (QS Al-Ahqaaf 25).
Allah berfirman :
فأصبحوا لا يُرى إلاّ مساكنهم
“Maka jadilah mereka tidak terlihat lagi kecuali tempat-tempat tinggal mereka.” (Al-Ahqaaf 25).
Tempat-tempat tinggal mereka tidak ikut
dihancurkan. Kalau Allah mau, niscaya akan dihancurkan pula rumah-rumah
mereka dan dihancurkan pula segala sesuatu. Allah memberikan kepada
angin tersebut kekuatan yang bisa menghancurkan gunung-gunung, apalagi
cuma rumah. Akan tetapi Allah menghendaki untuk membinasakan orang-orang
jahat tersebut saja, sementara rumah-rumahnya selamat.
Demikian juga ketika Allah berfirman :
إنّه يراكم هو وقبيله من حيث لا ترونهم
“Sesungguhnya Syaitan dan bala tentaranya
itu bisa melihat kalian, dari tempat yang kalian tidak bisa melihat
mereka.” (QS. Al-A’raf 26)
(Ayat ini juga ada pengecualiannya-pent)
yakni hadits menjelaskan kalau sebagian syaitan itu kadang bisa dilihat.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah melihatnya, Rasulullah pernah
melihatnya, dan disebutkan kisah-kisah yang banyak sekali tentang
melihat syaitan.
Mereka bisa berubah wujud menjadi rupa
manusia, atau rupa hewan, atau rupa ular. Salah seorang sahabat dahulu
menjadi pengantin, dia pergi bersama Rasulullah mengikuti perang Ahzab
kemudian dia minta ijin di siang hari lalu mengunjungi istrinya.
Maka dia datang (ke rumahnya)pada suatu hari, maka dia mendapati istrinya berdiri di muka pintu. Maka dia terdorong rasa cemburu hingga dia hendak menombak istrinya. Istrinya berkata : “Tenanglah kamu, masuklah kerumahmu, lihatlah apa yg ada di tempat tidurmu.! Maka dia masuk dan mendapati seekor ular. Maka dia menyerang ular tersebut dengan tombaknya, dan maka tidak diketahui, apakah ular itu yang mati dahulu ataukah orang tersebut mati dahulu.
Maka dia datang (ke rumahnya)pada suatu hari, maka dia mendapati istrinya berdiri di muka pintu. Maka dia terdorong rasa cemburu hingga dia hendak menombak istrinya. Istrinya berkata : “Tenanglah kamu, masuklah kerumahmu, lihatlah apa yg ada di tempat tidurmu.! Maka dia masuk dan mendapati seekor ular. Maka dia menyerang ular tersebut dengan tombaknya, dan maka tidak diketahui, apakah ular itu yang mati dahulu ataukah orang tersebut mati dahulu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dikabarkan tentang hal ini, beliau bersabda : “Bukankah saya telah
melarang kalian?” Beliau menjelaskan kalau di Madinah itu ada jin.
Yang ini bisa merubah bentuknya dalam wujud
ular, ada yang berubah dalam wujud anjing, dalam wujud manusia,
berubah-ubah bentuk. Allah memberi kemampuan pada mereka untuk itu.
Bisa berubah bentuk rupa apa saja. Sebagian
berubah bentuk untuk menipu kaum sufi atau kaum yang suka khurofat,
yakni ketika beristighotsah kepada (syekh) Fulan. Maka syaitan
menampakkan diri dalam wujud syeikh tersebut, sambil memakai sorban dan
pakaian yang bagus, lalu memberikan apa yang diminta. Padahal itu adalah
syaitan.
Sumber : Fatwa fil Aqidah wal manhaj, halaqoh pertama.
(Disadur via Group WA Qanaat al-Imaamain)
Alih Bahasa: Ustadz abu Hafs Umar al Atsary
sumber : http://forumsalafy.net/?p=3539
0 komentar:
Posting Komentar