Harga-harga
kebutuhan pokok dari tahun ke tahun terus naik. Termasuk minyak goreng.
Minyak goreng ini tidak hanya dipakai rumah tangga tapi juga dipakai
oleh para pedagang makanan. Karena untuk urusan goreng-menggoreng,
minyak goreng merupakan unsur yang
tidak bisa dipisahkan, memang bisa menggunakan mentega atau pasir, tapi
penggunaan minyak goreng tetap utama. Penggunaan mentega hanya untuk
jenis makanan tertentu, begitu pun pasir, pasir biasanya dipakai untuk menggoreng krupuk mlarat, krupuk khas di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Harga
minyak goreng yang terus naik itu membuat pedagang kerepotan. Mereka
tidak mungkin menaikan harga makanan dagangannya, karena takut
kehilangan pembeli. Maka terkadang ada pedagang nakal yang memanfaatkan
minyak goreng bekas untuk piranti goreng-menggorengnya, dengan maksud
menekan biaya. Minyak goreng bekas ini jadi pilihan karena memang lebih
murah, namun sebenarnya penggunaan minyak goreng bekas ini sangat
berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan
penelitian, telah ditemukan berbagai indikasi penyakit yang disebabkan
oleh makanan yang digoreng menggunakan minyak jelantah, seperti jantung koroner bahkan sampai kanker. Inilah yang patut untuk kita waspadai.
Minyak
bekas ini dapat berupa minyak baru yang penggunaan berulang-ulang
sampai warnanya hitam legam, atau berupa minyak goreng bekas yang
berwarna hitam legam itu didaur ulang lagi menjadi minyak berwarna
bening, sering dikenal dengan minyak jelantah. Minyak yang berwarna
hitam sering saya lihat pada pedagang gorengan, pedagang ayam goreng di
pinggir-pinggir jalan.
Sedangkan minyak jelanta terkadang juga digunakan produsen makanan
olahan yang menggunakan minyak goreng dalam proses penggorengannya.
Penggunaan minyak goreng berulang kali pada suhu tinggi akan mengakibatkan hidrolis
lemak menjadi asam lemak bebas yang mudah teroksidasi, sehingga minyak
menjadi tengik dan membentuk asam lemak trans yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan yang berhubungan dengan metabolisme kolesterol yang
berujung pada penyakit tekanan darah tinggi dan jantung serta akan
membentuk akrolein yaitu suatu senyawa yang menimbulkan rasa gatal pada
tenggorokan dan menimbulkan batuk. Selain itu, pengonsumsi minyak ini
juga beresiko terkena penyumbatan pembuluh darah dan jantung koroner.
Dan yang tak kalah berbahaya, minyak ini juga bersifat karsinogen sehingga bisa menyebabkan kanker.
Standarisasi
dalam proses penggorengan normalnya antara 177-221 derajat celcius.
Kebanyakan orang justru menggunakan minyak goreng dengan suhu minyak
antara 200-300 derajat celcius. Selain itu vitamin A, D, E dan Kyang terdapat di dalamnya pun akan ikut rusak.
Berikut
tips bagimana memperlakukan minyak goreng. Simpanlah minyak goreng di
tempat yang tertutup dan sejuk. Hindari dari pengaruh udara yang lembab,
hindarkan juga dari sinar matahari langsung. Gunakan wadah porselin
atau plastik yang
kering dan bersih dan kedap cahaya. Pisahkan juga minyak baru dengan
minyak bekas pakai. Hindari penggunaan minyak bekas secara berulang.
Bagi yang gemar jajan goreng-gorengan patut lebih cermat memilih
pedagang makanan, cobalah Tanya menggunakan minyak apa, karena hak
konsumen mendapat sesuatu yang terbaik, apabila meragukan lebih baik
tunda membeli. Dampak dari mengkonsumsi minyak bekas ini tidak langsung,
melainkan nanti bertahap.
Sumber :
DETIK KOMUNIKASI-artikel Bahaya: Minyak Jelantah
Posting Komentar