Kamis, 02 Mei 2013

Syirik

Syirik adalah menjadikan sekutu bagi Allah I pada sesuatu yang menjadi kekhususan-Nya baik uluhiyah, rububiyah, atau asma dan sifat-Nya.
Yang menjadi kekhususan Allah I dalam uluhiyah maksudnya adalah ibadah. Sedangkan rububiyah adalah perbuatan-perbuatan Allah I, dan asma serta sifat-Nya.
Sehingga, syirik bisa terjadi pada tiga hal:

1. Ibadah, yaitu dengan beribadah kepada selain Allah I baik kepada berhala, jin, orang shalih yang telah mati, atau benda mati yang dikeramatkan. Dan ini disebut syirik dalam hal uluhiyah.
2. Perbuatan-perbuatan yang menjadi kekhususan Allah I seperti menciptakan alam, mengaturnya, menjaganya, memberi rizki makhluk yang di dalamnya, menghidupkan, mematikan, menyembuhkan sakit dan semacamnya. Orang yang meyakini bahwa selain Allah I bisa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, berarti ia telah berbuat syirik dalam hal rububiyah.
3. Asma dan sifat Allah I. Allah I memiliki nama dan sifat yang khusus untuk-Nya seperti tersebut di dalam ayat Al Qur`an maupun hadits Nabi yang shahih. Maka barangsiapa yang meyakini bahwa selain Allah I ada yang juga memiliki seperti sifat Allah I walaupun satu sifat, berarti ia telah berbuat syirik dalam hal sifat.
Contoh, dua buah bait syair yang memuji Nabi r dengan berlebihan, bunyinya:
Wahai makhluk yang paling mulia
Tiada bagiku yang kumohon padanya keinginanku selainmu
Dan sungguh dunia dan akhirat adalah sebagian kebaikanmu
Di antara ilmumu adalah ilmu tentang Lauhul Mahfudz dan pena penulis takdir
Dua bait syair ini mengandung ketiga macam syirik tersebut di atas.
Pada ucapan “Tiada bagiku yang kumohon padanya keinginanku selainmu”, mengandung syirik dalam uluhiyah, karena memohon pertolongan dalam hal semacam ini adalah ibadah. Berarti dia telah memberikan suatu jenis ibadah kepada Nabi n.
Pada ucapan “Dan sungguh dunia dan akhirat adalah sebagian kebaikanmu”, mengandung syirik dalam rububiyah, karena kepemilikan keduanya di tangan Allah I.
Dan pada ucapan “Di antara ilmumu adalah ilmu tentang Lauhul Mahfuzh dan pena penulis takdir”, mengandung syirik dalam sifat Allah I yaitu sifat ilmu pada perkara itu, karena sesungguhnya hanya Allah-lah yang mengetahui hal itu.
Kesalahan Memahami Makna Syirik
Kesalahan-kesalahan dalam memahami makna syirik di antaranya:
1. Aliran Mu’tazilah memahami bahwa meyakini sifat-sifat Allah I yang banyak itu syirik, karena menurut mereka sifat-sifat yang banyak itu berarti banyaknya yang disifati. Pemahaman ini jelas keliru, karena satu hal yang sangat wajar sesuatu memiliki sifat lebih dari satu.
2. Memahami bahwa syirik itu hanya dalam rububiyah, oleh karenanya sebagian orang berbuat syirik dalam hal uluhiyah dan bertauhid dalam hal rububiyah.
3. Meyakini bahwa syirik terbatas pada peribadatan kepada berhala.
4. Memahami syirik dalam istilah syariat dengan makna iri atau dengki.
Sumber bacaan:
1.    Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah dengan ta’liq (catatan kaki) Asy-Syaikh Al-Albani hal. 31-32
2.    Kasyfusy Syubuhat dengan syarah Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin hal. 35 dan 96.
3.    Al-Qawa’id Al-Mutsla hal. 25
4.    Firaq Mu’ashirah hal. 1032
5.    Al-Qaulul Mufid hal. 11
sumber; http://asysyariah.com/syirik.html

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesRiad in FesFree Flash TemplatesFree joomla templatesCréation site internetConception site internetMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates