Minggu, 16 Juni 2013
Keistimewaan Bulan Ramadhan
Keutamaan dan Manfaat Puasa
Segala puji bagi Allah ta’ala
Dzat yang telah memberikan anugerah, taufiq dan kenikmatan. Dia-lah
yang telah mensyari’atkan kepada hamba-Nya di bulan Ramadhan tersebut
untuk melaksanakan ibadah puasa dan menegakkan pada malam harinya dengan
shalat malam (tarawih), satu kali dalam tiap tahunnya. Allah ta’ala
telah menjadikan syariat puasa tersebut sebagai salah satu rukun Islam
dan pondasinya yang agung serta menjadikannya sebagai pembersih jiwa
dari kotoran dosa-dosa. Shalawat serta salam tak lupa kita sampaikan
kepada Nabi Muhammad yang Allah ta’ala telah memilihnya (di
antara hamba-hamba-Nya) untuk menjelaskan hukum-hukum Allah dan
menyampaikan syariat Allah Ta’ala kepada manusia.
Perawatan untuk Mengoptimalkan Sistem Kerja PC (Komputer)
Cara yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja PC. Tips Mengoptimalkan Sistem PC.
Bagaimana sih cara biar kinerja PC kita optimal? mungkin bagi kamu yang
masih pemula sering bertanya seperti itu. PC yang sudah terlalu lama
digunakan tentu akan mulai melambat dan bahkan sering terjadi crash atau
hang saat kita gunakan. Oleh karena itu perlu di lakukan perawatan agar
kinerjanya lebih optimal. Berikut ini beberapa cara mudah untuk
mengoptimalkan sistem pc kita.
- Bersihkan komputer dari Malware: Virus, Spyware, Trojan
adalah jenis-jenis malware yang dapat menyerang dan merusak sistem
komputer. Gunakanlah Antivirus yang selalu update ntuk membentengi
komputer dari berbagai program jahat tersebut. Ada baiknya juga kita
selalu menjaga komputer dengan cara menghindari malware tersebut, namun
apabila komputer terlanjur terkena virus dan malware lainnya, gunakanlah
aplikasi seperti malwarebyte untuk membersihkan malware tersebut atau
men-scan komputer secara offline dengan menggunakan antivirus rescue
disk dari berbagai vendor antivirus seperti misalnya AVG Rescue Disk.
Fungsi-Fungsi System Konfigurasi BIOS
BIOS (Besic Input Output System) adalah program yang berfungsi
mengatur dan mengkonfigurasikan system computer, yang disimpan dalam
sebuah chip Bios.
Chip BIOS yang banyak digunakan yaitu :
1. Award BIOS
2. AMI BIOS
3. PHOENIX
Langkah- langkah mengatur (seting BIOS)
A.Langkah-langkah masuk ke Bios
1. Hidupkan Komputer
2. Tekan Tombol Del berulang kali pada saat booting
3. Muncul menu utama BIOS
B.Langkah-langkah seting BIOS
Dari gambar diatas dapat kita lihat menu utama dari Award Bios yang akan kita uraikan satu persatu.
Sudah Jujurkah Kecintaan Kita kepada Allah?
“Katakanlah (wahai Muhammad), Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)
Setiap muslim pasti mengaku cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Cinta tidak cukup hanya sekedar pengakuan lisan namun perlu bukti nyata untuk mengetahui kejujuran cinta tersebut.
Al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah dan yang lainnya mengatakan bahwa ada suatu kaum yang mengaku cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah subhanahu wa ta’ala pun menguji mereka dengan diturunkannya ayat ke-31 dari surah Ali Imran ini. (Tafsir Ibnu Katsir)
Ittiba’ (Mengikuti) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Bukti Kejujuran Cinta Seseorang kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Pada ayat di atas, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan kepada umat manusia bahwa jika mereka benar-benar mencintai Allah subhanahu wa ta’ala, maka mereka harus berittiba’ (mengikuti) beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menurut al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah, ayat ini sebagai hakim yang menghukumi (memutuskan) bahwa setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala, padahal dia tidak berada di atas jalan dan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia adalah orang yang dusta dalam pengakuannya, sampai dia mengikuti syariat dan agama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua perkataan, perbuatan, dan segenap keadaannya.
Perwujudan Ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Untuk mewujudkan ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seseorang harus merealisasikan dua hal berikut:
Hukum Merayakan Peringatan Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang al-amin (yang terpercaya) dan memiliki sifat amanah. Dengan sifat inilah, beliau telah menyampaikan seluruh risalah dan syari’at Allah subhanahu wata’ala
kepada umat ini dengan lengkap dan sempurna. Tidak ada satu kebaikan
pun, kecuali pasti telah beliau ajarkan kepada umatnya. Dan tidak ada
satu kejelekan pun, kecuali pasti telah beliau peringatkan dan beliau
larang umatnya untuk mengerjakannya.
Kalau seandainya peringatan Isra’ Mi’raj itu bagian dari risalah dan syari’at Allah subhanahu wata’ala, pasti beliau telah ajarkan kepada umatnya. Kalau seandainya peringatan Isra’ Mi’raj ini amalan yang baik, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
beserta para shahabatnya adalah orang-orang pertama yang mengadakan
acara tersebut. Demikian pula para ulama generasi berikutnya yang
mengikuti dan meneladani mereka, semuanya akan mengadakan
perayaan-perayaan khusus untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Besar
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sehingga acara peringatan Isra’ Mi’raj, dalam bentuk
apapun acara tersebut dikemas, merupakan amalan bid’ah, sebuah
kemungkaran, dan perbuatan maksiat karena:
Benarkah Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab?
Sebagian besar kaum muslimin, terkhusus di negeri ini
meyakini bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj jatuh pada malam 27 Rajab.
Biasanya mereka isi malam itu dengan qiyamullail kemudian puasa pada
siang harinya. Berbagai perayaan pun diadakan untuk memperingati
peristiwa yang menjadi salah satu mu’jizat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut. Benarkah Isra’ dan Mi’raj ini terjadi pada malam 27 Rajab?
Para ulama sejak dahulu sudah membahas dan menerangkan
permasalahan ini dalam kitab-kitab mereka. Dan kesimpulan dari
keterangan mereka adalah:
Bahwa tidak ada satupun dalil yang shahih dan sharih
(jelas) yang menunjukkan kapan waktu terjadinya Isra’ dan Mi’raj. Para
sejarawan sendiri berbeda pendapat dalam menentukan kapan waktu
terjadinya peristiwa itu.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullah
menyatakan ada lebih dari sepuluh pendapat yang berbeda dalam
menentukan kapan waktu terjadinya Isra’ dan Mi’raj, di antaranya ada
yang menyebutkan pada bulan Ramadhan, ada yang menyebutkan pada bulan
Syawwal, bulan Rajab, Rabi’ul Awwal, Rab’iul Akhir, dan berbagai
pendapat yang lain.
Mengimani Peristiwa Isra’ Mi’raj dan Sanggahan terhadap yang Mengingkarinya
Salah satu prinsip aqidah dalam Islam adalah mengimani peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Isra’ adalah perjalanan yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersama Malaikat Jibril pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah
ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Perjalanan sejauh ini
ditempuh oleh beliau dengan mengendarai Buraq, sejenis hewan yang
berwarna putih, panjang, ukurannya lebih besar daripada keledai dan
lebih kecil daripada baghl (peranakan kuda dengan keledai). Dengan kekuasaan Allah ta’ala, hewan ini mampu melangkahkan kakinya sejauh mata memandang.
Adapun mi’raj adalah peristiwa naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dari bumi menuju Sidratul Muntaha, untuk kemudian berjumpa dengan Allah
Yang Maha Tinggi dan menerima kewajiban shalat lima waktu sehari
semalam.
Sebagian orang beranggapan bahwa peristiwa Isra’ dan
Mi’raj terjadi pada waktu yang berbeda, Isra’ pada satu malam tertentu,
dan Mi’raj pada malam yang lain. Namun yang benar adalah peristiwa Isra’
dan Mi’raj ini terjadi pada satu malam yang sama. Demikian yang
diungkapkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullah. Keterangan beliau ini dikuatkan oleh Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah
dengan mengatakan: “Apa yang diungkapkan oleh beliau (Al-Baihaqi) ini
adalah yang benar, tidak ada sedikitpun keraguan padanya.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Menyikapi Bulan Rajab
Bukan Termasuk Petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Mengkhususkan Ritual Ibadah Tertentu di Bulan Rajab
Bulan Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah ta’ala. Namun tidak sedikit kaum muslimin yang masih jauh dari bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam menyambut datangnya bulan ini, yaitu mengkhususkan ritual-ritual
ibadah tertentu seperti puasa, shalat Raghaib, peringatan malam 27, dan
lain sebagainya.Berikut penjelasan para ulama tentang pengkhususan ritual ibadah tertentu pada bulan ketujuh penanggalan hijriyah ini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran darinya.
Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah Lil Buhuts Al-‘Ilmiyyah Wal Ifta’
Pertanyaan:
Di sana ada hari-hari tertentu (khusus) di bulan Rajab yang ditunaikan padanya puasa sunnah, apakah hari-hari tersebut jatuh pada awal bulan, pertengahan, ataukah di akhirnya?
Hadits Lemah dan Palsu seputar Bulan Rajab
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullah
berkata: “Adapun hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan bulan
Rajab, keutamaan berpuasa Rajab, atau keutamaan berpuasa beberapa hari
pada bulan tersebut, maka terbagi menjadi dua: (1) hadits-haditsnya maudhu’ (palsu), dan (2) hadits-haditsnya dha’if (lemah) (yakni tidak ada satupun yang shahih, pent).”
Beliau juga berkata: “Tidak ada satu hadits shahih pun yang
bisa dijadikan hujjah tentang keutamaan bulan Rajab, berpuasa Rajab,
berpuasa di hari-hari tertentu bulan Rajab, maupun keutamaan shalat
malam pada bulan tersebut.” [Tabyiinul 'Ajab Fiimaa Warada Fii Fadhaa-ili Rajab]
Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan haram yang Allah subhanahu wata’ala muliakan sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ
شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا
فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua
belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan
bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, maka janganlah kalian menzhalimi (menganiaya) diri kalian dalam
bulan yang empat itu.” [At-Taubah: 36]