(Abu ‘Amr Ahmad Alfian)
Sesungguhnya segala puji hanya milik
Allah Subhanahu wa Ta’ala, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan
ampunan-Nya. Kami berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’alal dari
kejelekan jiwa kami dan keburukan amalan kami.
Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala maka tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya.
Dan siapa yang disesatkan oleh Allah Ta’ala maka tidak ada seorang pun
yang bisa memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah Ta’ala curahkan kepada beliau, keluarga, dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai datangnya hari kiamat.
Saudaraku kaum muslimin, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberkahi kita semua, di masa kita hidup sekarang ini kita telah sering mendapati perbedaan dimulainya puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Satu pihak terkadang mendahului dalam memulai puasa Ramadhan dan terkadang bisa bersamaan. Sebabnya pun sudah menjadi rahasia umum, yakni perbedaan hasil hisab falaki dengan hasil ru`yatul hilal.
Saudaraku, kita tentu ingat salah satu keutamaan agama Islam sebagai agama yang mudah. Allah Ta’ala berfirman:
Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah Ta’ala curahkan kepada beliau, keluarga, dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai datangnya hari kiamat.
Saudaraku kaum muslimin, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberkahi kita semua, di masa kita hidup sekarang ini kita telah sering mendapati perbedaan dimulainya puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Satu pihak terkadang mendahului dalam memulai puasa Ramadhan dan terkadang bisa bersamaan. Sebabnya pun sudah menjadi rahasia umum, yakni perbedaan hasil hisab falaki dengan hasil ru`yatul hilal.
Saudaraku, kita tentu ingat salah satu keutamaan agama Islam sebagai agama yang mudah. Allah Ta’ala berfirman:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185)
Salah satu kemudahan yang telah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan dan diamalkan oleh para
shahabat yang mulia adalah menentukan permulaan Ramadhan dan Syawwal
dengan cara ru`yatul hilal, bukan dengan hisab falaki. Metode hisab
memang terkesan canggih dan memiliki presisi yang secara hitungan
matematis pun masuk akal. Tetapi apakah cara hisab falaki yang Allah
syariatkan bagi umat Islam? Ternyata tidak, saudaraku.
Hendaknya dipahami oleh kita semua bahwa
pembicaraan tentang kapan dimulainya puasa Ramadhan dan hari raya Idul
Fitri adalah pembicaraan tentang syariat. Secara khusus, pembahasan ini
memuat tentang waktu-waktu dilaksanakannya ibadah puasa Ramadhan yang
wajib kita kerjakan. Tentunya, Allah Ta’ala telah memberikan bimbingan
dan petunjuk yang sempurna untuk menentukan kapan dilaksanakan
peribadatan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan
sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi
manusia dan (bagi ibadat) haji.” (Al-Baqarah: 189)
“Berpuasalah kalian dengan terlihatnya
(hilal) dan berbukalah (beridul fitri) dengan terlihatnya. Maka jika
(hilal) tersembunyi dari kalian, sempurnakanlah bilangan hari bulan
Sya‟ban menjadi 30 hari.” (HR al-Bukhari no. 1909)
Benarlah, Islam itu mudah, saudaraku.
Kita tidak perlu menghitung ketinggian, derajat, dan memakai rumus-rumus
matematika yang rumit, cukup dengan mengamati hilal, dan Islam memang
mudah. Umat sejak beberapa lama justru dibuat bingung dengan perbedaan
dimulainya Ramadhan dan Syawwal. Bahkan di satu keluarga tidak jarang
terjadi perbedaan pula. Betapa indahnya jika kita mau rukun dan
bersama-sama tunduk kepada aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
menggunakan hilal sebagai penunjuk waktu dimulainya Ramadhan
dan Syawwal. Ingatlah bahwa kita sedang menjalankan syariat-Nya,
bukan sebatas memastikan apakah hilal sudah mencapai lebih dari 2
derajat ataukah tidak. Jika tidak terlihat, apa mau dikata? Tentu kita
harus tunduk kepada syariat Allah Ta’ala untuk menggenapkan hitungan
bulan menjadi 30 hari. Alih-alih hendak memberi kemudahan dengan hisab
falaki sehingga bisa memperkirakan dimulainya Ramadhan sejak jauh-jauh
hari bahkan dalam hitungan tahun, maka di antara ormas Islam ada yang
berani mengumumkan kapan Ramadhan dan kapan Idul Fitri sejak dua bulan
sebelumnya. Sikap seperti ini justru menambah runcing perbedaan di
antara umat dan menimbulkan keresahan. Semestinya umat diajari dan
dibimbing untuk patuh kepada syariat AllahTa’ala dengan menerapkan
metode ru`yatul hilal (melihat hilal), bukan dengan menutup mata darinya
dan mencukupkan dengan perhitungan (hisab) yang tidak ada landasan
syar’inya.
E-book ringkas ini sejatinya adalah kumpulan tulisan yang sudah lama
beredar di internet. Sengaja kami kumpulkan untuk menghimpun kandungan
ilmiah dan mempermudah bagi saudara kita yang membutuhkannya. Semoga
usaha penulis risalah ini menjadi amalan shalih yang diterima di
sisi-Nya. Aamiin..Selengkapnya silakan simak pada link download berikut ini:
Penentuan Awal Ramadhan dengan Ru`yatul Hilal download di sini
Buklet Penentuan Awal Ramadhan dengan Ru`yatul Hilal download di sini
http://tukpencarialhaq.com/2013/06/30/penentuan-awal-ramadhan-dengan-ruyatul-hilal/
Posting Komentar